Wednesday, September 28, 2016

Kelor Menyembuhkan Penyakit Kritis

Dua tahun silam, Hartadi memang begitu gering. Jika berjalan ia merasa tak seimbang, tubuh miring, dan kerap jatuh. Bobot tubuh melorot tajam, 86 kg menjadi 60 kg, hanya dalam sebulan. “Saya tinggal kulit pembalut tulang,” kata ayah tiga anak itu. Semula dokter menduga, Hartadi mengalami gangguan saraf. Namun, tes darah menyibak biang kerok itu semua adalah kadar gula darah yang membubung: 600 mg/dl; kadar normal kurang dari 200 mg/dl.

Ahli medis geleng-geleng kepala melihat hasil tes itu. Ia heran, kadar gula darah yang menjulang, tetapi Hartadi tak pingsan. Mendengar diagnosis itu keluarga pasrah. Namun, Hendrik Christianto – anak sulung Hartadi – yang bekerja di Kabupaten Mimika, Papua, enggan menerima suratan itu. Ia mengirimkan empat botol berisi masing-masing 30 kapsul daun kelor kepada ayahnya di Karawang, Provinsi Jawa Barat. Hendrik terinspirasi seorang kenalan warga Mimika yang juga mengidap diabetes mellitus. Banyak bahan pangan yang mesti ia hindari jika hendak selamat.


Penderita itu akhirnya menyantap sayur daun kelor Moringa oleifera hampir saban hari. Tanpa ia sadari, itulah jalan kesembuhan baginya. Bersandar pada kasus di Mimika Hartadi rutin menelan tiga kapsul dua kali sehari sebelum makan pada pertengahan 2010. Dua pekan kemudian ia merasakan perubahan: jalan relatif seimbang dan saat malam frekuensi berkemih turun drastis menjadi 10 kali – biasanya 20 kali per malam. Perkembangan itu sejalah dengan turunnya kadar gula darah menjadi 520 mg/dl.

kelor sejuta khasiat

Panasea
Hasil tes darah itu sangat menggembirakan Hartadi. Itulah sebabnya ia disiplin mengonsumsi kapsul daun kelor. Makin hari, kadar gula darah pria 59 tahun itu kian turun. Pengecekan terakhir pada 2 Juni 2011 menunjukkan kadar gula darah normal, 145 mg/dl. Kini tubuh Hartadi kembali padat berisi dan segar bugar. Meski begitu ia tetap mengonsumsi kapsul daun tanaman anggota famili Moringaceae itu. Dosis berkurang, hanya dua kapsul per hari.

Kelor terbukti tokcer mengatasi diabetes mellitus. Bukti empiris itu sejalan dengan hasil penelitian Jaiswal Dolly. Periset dari Departemen Kimia Universitas Allahabad, India, itu membuktikan ekstrak kelor lebih efektif menurunkan kadar gula darah daripada Glipizide, obat yang biasa direkomendasikan dokter untuk mengatasi kencing manis. Dalam riset tikus diabetes mellitus itu semula berkadar gula  darah 300 mg/dl. Namun, setelah mengonsumsi 300 mg ekstrak daun kelor, kadar gula darah puasa 90 mg/dl pada hari ke-21.

Daun kelor bukan hanya mujarab mengatasi penyakit yang namanya berasal dari dokter di Yunani, Aretaeus (30 – 90) itu (bahasa Yunani: diabainein = pancuran, mellitus = manis). Faktanya banyak pasien beragam penyakit merasakan khasiat tanaman dari India utara itu. Damar Novaldi – bukan nama sebenarnya – misalnya, pada Maret 2011 merasakan sakitnya splenomegali. Menurut dokter spesialis penyakit dalam dari Universitas Airlangga, dr Arijanto Jonosewojo SpPD,  splenomegali adalah pembengkakan limpa.


Bila Anda membutuhkan kapsul daun kelor, klik di sini

“Gangguan fungsi hati seperti sklerosis hati atau kanker hati dapat menyebabkan splenomegali,” kata Arijanto. Penyakit itu dapat mengakibatkan kematian bila organ di belakang lambung sepanjang 12 cm itu pecah. “Saya pasrah. Istri dan ibu juga merasa terpukul,” kata Damar Novaldi setelah mendapat diagnosis itu. Akibat penyakit itu, punggung sakit bukan kepalang, meski tersentuh sedikit saja. Nyeri hebat juga ia rasakan di ulu hati. Kondisi itu membuat Damar serbasalah: tidur miring sakit, telentang pun nyeri.
“Kelor bersifat segelas. Hasil rebusan itulah yang ia minum rutin dingin, tidak dicampur dengan herbal panas, (sereh) karena melemahkan fungsi masing-masing bahan. Perpaduan daun kelor, kunyit, dan daun sembung mempercepat regenerasi sel,” Dr Sidi Aritjahja

Menurut Arijanto sakit punggung dan ulu hati itu karena limpa membengkak dan mengalami penekanan sehingga mempengaruhi saraf-saraf organ di sekitarnya. Sepekan opname di rumahsakit di Jakarta Selatan, intensitas sakit memang berkurang. Namun, setelah kembali ke rumah, pria 32 tahun berbobot 86 kg dan tinggi 169 cm itu merasa nyeri lagi. Oleh karena itu ia patuh saat ibu menyarankan untuk menemui Valentina Indrajati, herbalis di Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.

Ketika itulah Valentina meresepkan beragam herbal seperti daun kelor, rimpang bangle, dan daun jati belanda – semua dalam bentuk serbuk berbobot masing-masing 10 gram.  Damar merebus herbal dalam dua gelas hingga mendidih dan tersisa segelas. Hasil rebusan itulah yang ia minum rutin dua kali sehari. Pada awal Juli 2011 setelah tiga bulan konsumsi herbal, ia memeriksakan kondisi kesehatan.

“Pinggiran limpa yang semula menghitam, kembali normal berwarna ungu gelap. Limpa juga sudah tak membengkak,” kata Damar yang girang bukan main. Menurut Valentina yang meresepkan daun kelor sejak 2005,  kelor memperbaiki fungsi hati yang berhubungan dengan pencernaan dan detoksifikasi. Selain itu kelor juga kaya antioksidan untuk membangun sistem kekebalan tubuh. Ketika kondisi tubuh sehat ibarat benteng yang kokoh, sehingga mampu melawan serangan penyakit.

Makin populer
Setahun terakhir, kelor Moringa oleifera (sinonim Guilandina moringa) memang naik daun. Indikasinya antara lain kian banyak pasien yang memanfaatkan kelor. Damar Novaldi dan Hartadi hanya sebagian kecil yang merasakan khasiat daun kelor. Kelor juga mujarab mengatasi beragam penyakit lain seperti hepatitis, hiperlipidemia alias kolesterol tinggi, dan jantung. Pemanfaatan kelor sebagai herbal “tak terdengar” bila dibandingkan brotowali Tinospora crispa, sambiloto Andrographis paniculata, atau  temuputih Curcuma zedoaria.
Selama ini daun kelor identik dengan dunia magis, untuk membuang kesaktian seseorang menjelang ajal. Biji klenthang alias polong kelor populer sebagai penjernih air. Namun, siapa sangka di balik itu semua daun kelor manjur sebagai panasea alias obat untuk beragam penyakit. Riset ilmiah mendukung kuat bukti empiris itu. Setahun lalu Valentina kedatangan pasien hepatitis C. “Matanya menguning, kulit tubuhnya juga kuning,” kata herbalis yang kerap mengajar yoga di India dan Thailand itu.

Herbalis itu meresepkan kelor dan beberapa herbal lain seperti sambiloto dan pegagan kepada penderita berusia 16 tahun itu. Setelah rutin mengonsumsi rebusan serbuk daun kelor, ia akhirnya sembuh sehingga batal opname di rumahsakit. Periset dari Anna Technology University, Tamilnadu, India, C Senthil Kumar, membuktikan bahwa daun kelor memang berkhasiat sebagai hepatoprotektor alias pelindung hati.
Menurut dokter sekaligus herbalis di Yogyakarta, dr Sidi Aritjahja, kelor mengandung antioksidan yang sangat tinggi dan sangat bagus  untuk penyakit yang berhubungan dengan masalah pencernaan, misalnya luka usus dan luka lambung. “Bagian apa pun yang dipakai aman asal memperhatikan caranya,” ujar alumnus Universitas Gadjah Mada itu. Minumlah rebusan daun kelor selagi air hangat. Sebab, efek antioksidan masih kuat dalam keadaan hangat. Menurut dr Paulus Wahyudi Halim di Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten, kelor memiliki energi dingin. Herbal seperti itu cocok untuk mengatasi penyakit dengan energi panas atau kelebihan energi seperti radang atau kanker.

Serba ada
Begitu dahsyatnya khasiat daun kelor mengatasi aneka penyakit. Harap mafhum,  daun pohon stik drum itu memang mengandung senyawa aktif dan gizi lengkap (lihat infografis) Ahli gizi dari Pusat Penelitian Gizi dan Makanan, Dr Mien Karmini, mengatakan, “Konsumsi asam amino terlalu banyak, efeknya tidak terlalu mengkhawatirkan. Namun, kerja ginjal lebih berat karena asam amino dikeluarkan melalui ginjal. Bila asam amino berasal dari nabati, kemungkinan ginjal bekerja ekstra lebih rendah daripada asam amino dari hewani.”

Beberapa senyawa aktif dalam daun kelor adalah arginin, leusin, dan metionin. Tubuh memang memproduksi arginin, tetapi sangat terbatas. Oleh karena itu perlu asupan dari luar seperti kelor. Kandungan arginin pada daun kelor segar mencapai 406,6 mg; sedangkan pada daun kering, 1.325 mg. Menurut Dr Mien Karmini, arginin meningkatkan imunitas atau kekebalan tubuh. Di samping itu, arginin juga mempercepat proses penyembuhan luka, meningkatkan kemampuan untuk melawan kanker, menyembuhkan penyakit kritis dan memperlambat pertumbuhan tumor.

Sementara metionin yang kadarnya mencapai 117 mg pada daun segar dan 350 mg (kering) mampu menyerap lemak dan kolesterol. Oleh karena itu, metionin menjadi kunci kesehatan hati yang  banyak berhubungan dengan lemak. Kekurangan metionin menyebabkan beragam penyakit seperti rematik kronis, sirosis, dan gangguan ginjal. Kadar valin dalam daun segar 374 mg atau 1.063 mg (kering) berfungsi dalam sistem saraf dan pencernaan. Perannya antara lain membantu gangguan saraf otot, gangguan mental, emosional, dan insomnia.

Tubuh juga memerlukan leusin karena tak mampu memproduksi sendiri. Daun kelor segar mengandung 492 mg leusin berperan dalam pembentukan protein otot dan fungsi sel normal. “Leusin sangat penting untuk pertumbuhan sel sehingga anak-anak dan remaja mutlak memerlukannya. Ambang batas kebutuhan leusin adalah 55 mg per g protein,” kata Mien Karmini.

Itu hanya sebagian kecil senyawa aktif pada daun kelor. Padahal, selain daun, bagian lain pada tanaman itu juga tak kalah berkhasiat. Kulit batang Moringa oleifera, umpamanya, berkhasiat antitumor (baca Pucuk Sampai Akar Manjur halaman 20 – 21). Pantas bila kini makin banyak herbalis yang meresepkan daun kelor. Herbalis di Yogyakarta, Lina Mardiana, misalnya, meresepkan daun kelor untuk para pasien beragam penyakit seperti hiperlipidemia, pendarahan dan menyembuhkan penyakit kritis lainnya.

Lina memberikan kelor kepada Asih Susilowati yang keguguran. Peran kelor membantu produksi sel darah merah akibat kehilangan darah saat keguguran, memperkuat rahim, dan saluran indung telur. Sebulan setelah rutin mengonsumsi rebusan daun kelor, Asih hamil. Ia melahirkan dengan selamat sembilan bulan kemudian. Herbalis di Kotamadya Batu, Provinsi Jawa Timur, Wahyu Suprapto, sepakat bahwa kelor bagus bagi penderita pendarahan seperti Asih dan anemia. Kandungan zat besi kelor sangat tinggi, yakni 28 mg per 100 gram bahan.

Tren kelor
Pemanfaatan kelor untuk herbal kini terbukti kian meluas di berbagai daerah. Kondisi itu mendorong Muslihuddin dan Gatot Santosa membuka kebun kelor 1 ha di Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur, pada Agustus 2009. Jangan bayangkan tanaman kelor yang tinggi menjulang. Kelor budidaya tak lebih dari 75 cm karena pekebun kerap memanen seperti teh. Dari kebun itulah mereka mengekstrak kelor. Produksinya baru 200 botol – masing-masing 30 kapsul – per bulan.

Dalam waktu dekat, Gatot Santosa bersiap memenuhi permintaan rutin importir dari India yang mencapai 25.000 botol per bulan.  Produksi ekstrak kelor itu mereka lakukan setelah Muslihudin, karyawan Freeport Indonesia di Timika, Provinsi Papua, terbelalak mengetahui khasiat kelor dari dunia maya. “Kita bisa membantu masyarakat untuk memproduksi herbal asal kelor,”  kata Muslihudin.

Salman Rizki di Surabaya rutin mengirimkan ekstrak kelor ke Filipina sejak 2005. Ia memperoleh bahan baku dari daerah di sekitar Surabaya seperti Pasuruan dan Mojokerto. Sayang, ia merahasiakan rendemen dan harga jual. Salman mengirimkan rata-rata 400 kg ekstrak daun kelor per bulan. Kaum ibu di Filipina memberikan malunggay alias kelor kepada bayi-bayi mereka. Mereka menyebut kelor sebagai “teman ibu yang baik”.

Di berbagai negara, termasuk Amerika Serikat, kelor memang sohor sebagai bahan pangan. Rodney Perdew yang tinggal di Arizona, Amerika Serikat, membudidayakan kelor di Arizona dan Meksiko – lebih dari 80.000 tanaman. Ia mengolah kelor menjadi teh, kapsul, dan minyak. “Sejak dua tahun lalu, terjadi peningkatan pertumbuhan 50% per tahun,” kata Rodney.

Ia tertarik mengebunkan komoditas itu karena, “Kelor merupakan sumber pangan yang hebat, sekaligus bahan kosmetik dan obat,” kata Rodney kepada wartawan Trubus Tri Istianingsih. Itu bukti bahwa kelor memang tanaman serbaguna: daun, kulit batang, polong, akar, bahkan getahnya pun berkhasiat obat. (Sumber: Trubus)

No comments:

Post a Comment